GARUDA DI DADAKU

SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI DUNIAKU...

Selasa, 14 Juni 2011

Sejarah Masuknya Banten di PUTIH


Pada awalnya berdirinya kerajaan Banten, selain mnyebarkan agama Islam seantero Banten, Sultan Banten I juga mengirimkan utusan-utusannya ke Sumatera. Utusan-utusan tersebut biasanya terdiri dari punggawa-punggawa dan pangeran-pangeran Banten yang bertgas selain menyiarkan agama islam juga memperlas wilayah hubungan diplomatik Banten. Salah sat daerah sumatera yang menjadi tempat persinggahan mereka adalah Lampung, karena lampung merupakan daerah yang paling dekat dekat dengan Kesultanan Banten yang hanya dipisahkan oleh selat Sunda. Selat Sunda pada waktu itu tidak selebar saat ini, kala itu pulau Jawa dan pulau Sumatera begitu dekat, sehingga dapat di tempuh dengan perahu kecil atau kotok. Selat sunda mengalami perlebaran di sebabkan terjadinya peristiwa meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Ekspidisi yang diutus oleh Sultan Banten I (Sultan Maulana Hasannudin) salah satunya adalah putranya yang bernama Pangeran Antasari. Pangeran Antasari beserta armada kapalnya berlayar menuju ke perairan selatan Lampung, yang kemudia mendarat di sebuat tanjng yang beranama Putih Doh. PUtih Doh seperti hal kota-kota pada saat itu merupakan daerah perdagangan karena terletak di pinggir pantai, sehingga menjadi tempat yang ramai untuk peradagangan. Jalur-jalur laut pada saat itu merupakan jalur yang strategis untuk perjalanan maupun perdagangan, sehingga daerah pesisir lebih ramai dibandingkan daerah pedalaman atau pegunungan.

Ekspidisi tersebut akhinya mendarat di Putih Doh atau tepatnya di daerah kesebatinan Putih yang merupakan cikal-bakal Lampung Pesisir. Kedatangan ekspidisi ini tidak serta merta langsung di terima oleh masyarakat Putih. Masuknya ekspidisi tersebut tidak hanya menyebarkan agama Islam namun membawa misi poitik dari kesultanan Banten. Konon ceritanya hampir sempat terjadi peperangan antara Banten dan Putih, namun akibat pendekatan dan diplomasi Pangeran Antasari, maka Ekspidisi Banten tersebut dapat diterima oleh masyarkat Putih.
Dengan diterimanya ekspidisi Banten tersebut maka terjadilah hubungan yang baik antara banten dan masyarakat Putih, orang-orang Banten kemudian banyak menetap dan menikahi gadis-gadis Putih, bahkan Pangeran Antasari menikah juga denga seorang putri dari sebatin Putih dan akhirnya banyak menurunkan keturunan di daerah Putih, waylima, kedondong, kota Agung, Limau dan sekitarnya. Hal ini ditandai dengan banyaknya kampung-kampung Banten di daerah pesisir. Hubungan kedua suku bangsa ini yang akhir membentuk cikal bakal Lampung pesisir.

Lampung Pesisir adalah sub etnis Lampung yang hidup di pesisir pantai selatan, secara geografis mereka bertempat tinggal di kalianda, Panjang, padang Cermin sampai ke Kota Agung/Teluk Semaka. Lampung Pesisir ini banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Banten, ini dapat ditemui beberapa istilah adat yang berhubungan dengan banten, misal: Sebutan Raden, Kanjeng, Pangeran dan sebagainya. Memang secara politik pada waktu  itu Lampung merupakan daerah dibawah pemerintahan kesultanan Banten.

Hubungan antara Banten dan Lampung banyak kita ketahui dari sejarah, terdapat juga dalam kitab Kuntara Rajanitti dan Perjanjian Dalung Kahuripan yang berisikan tentang Perjanjian Persadaraan saling membantu antara Kesultanan Banten dan Lampung. Perjanjian tersebut disepakati oleh Ratu Darah Putih (Raja keratuan/Kerajaan Darah Putih) dan Pangeran Sabangkingking (Sultan Maulana Hasannudin). Hubungan persaudaraan itu terus berlanjut pada saat zaman perlawanan Kolonial Belanda dimana pada waktu it terjadinya peranga Raden Intan II. Orang Banten dan Lampung saling bahu-membahu mengusir penjajah.
Demikianlah sedikit cerita sejarah tentang lampung daalam versi lain, yang insyaallah dapat menambah khasanah cerita sejarah dan budaya Lampung.

1 komentar: