GARUDA DI DADAKU

SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI DUNIAKU...

Rabu, 12 Januari 2011

SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT LAMPUNG

Dahulu masyarakat kita pada dasarnya menganut system kepercayaan animism dan dinamisme yaitu animisme adalah suatu kepercayaan terhadap ruh atau arwah-arwah nenek moyang, sedangkan dinamisme adalah suatu kepercayaan terhadap benda-benda yang dikeramatkan atau yang memiliki kekuatan gaib.
Begitu juga masyarakat Lampung, sebelum adanya pengaruh Hindu dan Budha masyarakat Lampug masih menganut kepercayaan itu. Ketika agama Islam masuk kepercayaan tiu berkurang namun hingga saat ini kepercayaan itu masih di yakini oleh sebagian mayarakat bahwa hal-hal yang keramat itu ada.
Kepercayaan-kepercayaan terhadap hal-hal gaib pada masa lampau (orang lampung menyebut zaman tumi) masih dapat dilihat pada upacara-upacara adat. Salah satunya adalah kepercayaan terhadap dewa-dewa.

Dewa Pencipta Alam Semesta
Nama dewa ini adalah :Sang Hyang Sakti” yang dianggap sebagai pencipta alam beserta isinya sehingga dalam ilmu-ilmu perdukunan dan mantera-mantera (tetangguh) baik didarat, laut dan di sungai, selalu lidah menjadi tumpuan harapan untuk memohon keselamatan pada saat itu juga.
Misal: mantera meminta izin berburu Rusa
“Huuuuhh…(kaki kanan diangkat kelutut kiri) assalamualikum Sang Hyang Sakti, Raja sang Raja Diwa, sakinduajipun, kilu titeh, kilu gimbar, mahap seribu mahap, ampun seribu ampun, lainki sambrana……dst.”
Artinya:
“Huuu assalamualaikum Sang Hyang Sakti, Raja sang raja Dewa, Hamba ini, mohon bantuan, minta jaya, maaf seribu kali maaf, ampun seribu ampun, buka berarti lancing….dst.”
Dari mantera diatas nampaklah campur baur antara Islam dan kepercayaan kepada dewa-dewa, yakni dewa pencipta alam.

DEWI (Dewi Wanita)
Di Lampung disebut juga : “Muli Putri” atau “Bidadari”. Pada waktu orang bertemu sumur yang jernih atau kolam yang rapid an terurus baik di dalam hutan belantara maka kolam/sumur ini dikatakan sebagai “Pangkalan Muli” yang berarti Tempat bidadari, Putri atau pemandian bidadari yang turun dari kayangan,
Demikian pula pada waktu pagi hari raya Idul fitri, orang-orang kampong akan saling mendahului mandi di Pangkalan Putri, karena masyarakat beranggapan bahwa yang pertama kali tiba di pemandian tersebut akan mencium bau wewangian sebagai tanda bidadari-bidadari baru saja pergi setelah mandi di pemandian tersebut.
Anak Diwa (Titisan Dewa)
Kepercayaan ini dilihat dari keyakina masyarakat akan kejadian-kejadian yang luar biasa pada seorang bayi yang baru lahir. Umpama bila ayah dan ibunya berkuli thitam, sedangkan anak yang baru lahir itu berkulit putih dan cantik rupawan, maka anak ini dikatakan sebagi anak dewa, yang harus di syarati agar ia panjang umur, sbab kalau terlambat mensyaratinya, anak ini akan berumur pendek. Menurut kepercayaan ia akan diambil oleh dewa sebellum umur satu tahun.

Memang sering terjadi bahwa setelah anak disyarati dengan obat-obat dan mantera-mantera, ia akan berubah warna kulitnya dan akan meniru warna kulit kedua orang tuanya.
Dari uraian diatas kita dapat mengetahui bahwa orang lampung masih meyakini kepercayaan terhadap dewa-dewa. Masih banyak juga masyarakat Lampung yang melakukan lelaku atau tirakat bertapa (tarak) di gunung-gunung seperti Gunung Pesagi, Gunung Pugung dan beberapa gunung lainnya. Tujuannya adalah agar mendapat berkah dari para dewa yang akan mengabulkan permohonannya. (written by JOHN., sumber Adat istiadat Daerah Lampung, Balai Pustaka).

3 komentar: